Rabu, 14 Oktober 2009

Mengenal Siapa Yesus Kristus


Secara lahiriah, Yesus tidak berbeda dengan manusia lainnya. Ia dilahirkan oleh seorang perempuan, dibesarkan di desa, dan berkata-kata dalam bahasa manusia. Ia tidak memiliki hal yang begitu hebatsehingga kita harus memikirkan Dia sedalam-dalamnya. Namun, selainmenjadi batu sandungan bagi banyak orang, kemanusiaan Yesus ini jugamenimbulkan daya tarik dan tanda tanya yang mengagumkan sekaligusmemusingkan banyak orang.

Jika kita berbicara dan berpikir tentang Kristus, maka kita harus
kembali pada satu waktu di mana Kristus menuntut manusia memberikan
penilaian tentang diri-Nya. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya,
"Menurut orang-orang, siapakah Aku?" Kalimat ini merupakan kalimat
yang sering kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Setiap orang juga
pasti pernah mempunyai pertanyaan seperti itu dalam dirinya. Dalam
pertanyaan "siapakah saya?" terkandung tiga pertanyaan kecil.

A. SIAPA YANG BERTANYA?

Pertanyaan ini menimbulkan satu kesulitan karena adanya percampuran
subjek dengan objek. Saat kita menanyakan siapakah diri kita, ada
sesuatu yang tidak bisa dianalisa dengan jelas karena yang bertanya
adalah yang ditanya; yang ingin mengetahui adalah yang ingin
diketahui; yang diketahui adalah yang tidak diketahui dan yang ingin
mengetahui sedang menanyakan tentang apa yang sedang diketahuinya. Ini
merupakan suatu pertanyaan yang tidak mungkin dibereskan oleh manusia
itu sendiri. Pada waktu Tuhan Yesus menanyakan hal tersebut, Ia bukan
menanyakan hal itu kepada diri-Nya sendiri, tetapi kepada pengikut-
pengikut-Nya yang sudah sekian lama melihat penyataan Kristus. Dialah
yang memberikan penyataan kepada manusia dan diri-Nyalah yang
dinyatakan. Dialah pewahyu sekaligus inti dari wahyu tersebut, yang
mewahyukan diri-Nya kepada manusia.

Waktu murid-murid-Nya secara mendadak menerima pertanyaan ini, mau
tidak mau mereka harus mempertanggungjawabkan pemikiran mereka tentang
Kristus. Momen seperti ini tidak bisa diciptakan manusia, tetapi
diberikan oleh Tuhan. Sebagai orang Kristen, apakah setelah mendengar
khotbah bertahun-tahun, membaca Kitab Suci, dibaptiskan dan menjadi
orang Kristen sekian lama, kita sudah dapat menjawab pertanyaan
tentang siapakah Kristus? Siapakah Dia?

Murid-murid Yesus mulai memberikan evaluasi tentang Kristus kepada Dia
yang menuntut evaluasi. Dari gudang pikiran mereka, mulailah timbul
jawaban-jawaban; mereka mulai memikirkan kembali tentang siapakah
Kristus. Ada yang menjawab bahwa Dia adalah seorang nabi; seorang nabi
yang besar; yang lain menjawab bahwa Dia adalah Yeremia[1]. Yesus
dinilai sebagai Yeremia karena dalam zaman yang sedang dilanda
kesedihan, Ia mempunyai tangisan dan perasaan yang sama dengan seluruh
zaman. Yang lain menjawab bahwa Ia adalah Yohanes Pembaptis yang
bangkit dari kematian. Orang-orang itu menganggap bahwa kuasa Tuhan
yang begitu besar dinyatakan-Nya dengan membangkitkan Yohanes
Pembaptis yang sudah dibunuh oleh Raja Herodes. Dan Yohanes Pembaptis
yang bangkit kembali itu adalah Yesus. Yang lain lagi menjawab bahwa
Yesus adalah nabi yang pernah disebutkan Musa "barangsiapa yang
mendengarkan Dia, akan hidup, tetapi barangsiapa tidak mendengarkan
Dia akan binasa".

Semua penilaian zaman itu diberikan kepada Yesus Kristus dalam waktu
tidak lebih dari tiga setengah tahun. Yesus telah melakukan begitu
banyak hal. Ia menyembuhkan, mengajar, dan membuktikan bahwa Dialah
Allah yang berkuasa yang diutus ke dunia. Lalu pada waktu semua sudah
memberikan penilaian-penilaiannya, Yesus tidak menanggapi apa-apa,
tapi Ia mendorong lagi dengan satu kalimat, "Menurutmu, siapakah
Aku?"[2] Pertanyaan ini penting karena bila kita memiliki pengenalan
pribadi tentang Kristus berdasarkan firman Tuhan, barulah kita
mempunyai kekuatan yang cukup untuk bersaksi bagi Dia. Apakah Kristus
itu sekadar dokter yang paling mujarab? Apakah Kristus itu hakim yang
keras? Mak comblang yang mencarikan jodoh bagi orang-orang muda? Ahli
sulap yang membuat Anda kaya? Apakah Kristus itu sekadar pemuas emosi
yang kita peroleh melalui kebaktian-kebaktian doa dan puji-pujian?
Jika Anda mengetahui jawaban-jawaban yang diberikan oleh orang-orang
Kristen di Indonesia, maka Anda akan mengetahui betapa simpang-siurnya
kekristenan pada zaman ini.

B. KEPADA SIAPA PERTANYAAN ITU DIAJUKAN?

Pernahkah Anda memikirkan dengan baik tentang siapakah Kristus? Apakah
artinya mengikut Kristus? Apakah artinya menjadi orang Kristen?
Bukankah di Indonesia ada lebih banyak orang yang bukan Kristen
daripada orang Kristen? Bukankah ada banyak agama-agama lain di
Indonesia? Mengapa Anda menjadi orang Kristen? Yesus tidak menolak
ataupun menghina jawaban dari dunia akademis tentang siapakah diri-
Nya. Ia tahu apakah Anda memiliki penilaian-penilaian yang bersifat
otoritatif. Tetapi Ia menuntut Anda secara pribadi untuk berakar,
mempunyai iman yang sungguh-sungguh, dan mengenal-Nya dengan benar.
Pada waktu Yesus menantang dengan pertanyaan demikian, maka seolah-
olah semua murid-Nya tidak mempunyai jawaban. Tetapi ada satu murid
yang menjawab dengan tegas, "Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup."
Kalimat ini keluar dari mulut Petrus. Inilah suatu pengakuan iman
pertama dalam sejarah gereja. Petruslah orang pertama yang mengaku
tentang siapakah Yesus di hadapan orang banyak. Tidaklah mudah bagi
Petrus untuk menyimpulkan dan mengatakan pengertiannya tentang
siapakah Kristus. Ia bukanlah orang yang memiliki latar belakang
pendidikan yang tinggi, juga bukan pengikut dari ahli-ahli Taurat yang
belajar Perjanjian Lama dengan ketat, tapi dia hanyalah seorang
nelayan. Seorang rakyat jelata yang mendengar bahwa seorang nabi telah
muncul. Jadi selain menangkap ikan, Petrus juga mengikuti dan
mendengarkan khotbah-khotbah Yohanes Pembaptis. Rupanya Petrus
memperhatikan bahwa Yohanes Pembaptis membawa berita yang berfokuskan
pada firman Allah, yaitu tentang kedatangan Kristus. Kedatangan
Kristus adalah sumber pengharapan bangsa Israel sehingga mereka berdoa
siang malam memohon kedatangan Mesias.

Konsep bangsa Israel tentang Kristus pada masa itu adalah konsep yang
sudah dibatasi oleh persepsi selektif. Pada waktu Petrus mengikut
Yohanes Pembaptis, ia melihat perbedaan antara Yohanes dengan para
ahli Taurat dan yang lainnya yang juga mengajarkan tentang kedatangan
Kristus yang pertama. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi juga
belajar tentang Kristus yang akan datang. Tetapi pada waktu
mengajarkan tentang Kristus, pengajaran mereka dibatasi oleh persepsi
selektif yang begitu sempit dan subjektif. Mereka tidak mau mengenal
Allah melalui apa yang sudah diberikan Allah. Mereka tidak mau
mengenal Kristus melalui wahyu yang sudah diberikan mengenai Dia.
Mereka hanya memilih bagian-bagian yang cocok dengan apa yang mereka
inginkan. Pada zaman sekarang juga ada begitu banyak orang yang tidak
mau mengenal Kristus yang tersalib, tapi hanya mau Kristus yang
menyembuhkan; mereka tidak mau mengenal Kristus yang menderita tetapi
hanya mau Kristus yang memberikan kekayaan.

Orang Yahudi terdampar dan dibuang oleh Tuhan karena mereka tidak
mencapai fokus Kristologi dari seluruh Kitab Suci. Di dalam Perjanjian
Lama Allah sudah berjanji bahwa Kristus akan datang, lahir di kota
Bethlehem, dijual seharga 30 keping perak, menderita, dipaku di atas
kayu salib, bahkan kedua tangan dan kaki-Nya akan ditusuk tanpa satu
tulang pun dari tubuh-Nya yang akan patah. Semua ditulis dengan begitu
jelas. Lalu pada aspek yang lain Alkitab menulis juga bahwa Kristus
akan menjadi Raja, dan seluruh kuasa akan berada di atas bahu-Nya dan
kuasa-Nya lebih besar daripada siapa pun. Dia akan melenyapkan kuasa
musuh, membangun kembali kerajaan Israel, membalas dendam kepada
mereka yang menginjak-injak kehormatan bani Israel; Kristus yang
menang, yang memberikan keadilan, menegakkan satu sistem dan ordo
politik dan militer yang baru di dalam dunia.

Pada waktu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mempelajari
Perjanjian Lama, mereka mempelajarinya dengan satu persepsi
selektif[3] yang sudah menjadi kaku dan keras dalam hati mereka
sehingga mereka menilai nubuat-nubuat mengenai Kristus yang dihina,
dipaku dan tidak memiliki kemuliaan lahiriah sebagai hal-hal yang
tidak benar. Mereka berdoa memohon kedatangan Kristus yang membalas
dendam kepada orang- orang Romawi yang menjajah bangsa Yahudi serta
yang akan mencuci noda sejarah bangsa Israel yang dijajah. Orang-orang
Yahudi umumnya memohonkan kedatangan Kristus yang akan membawa bangsa
Yahudi ke dalam zaman keemasan yang dulu pernah mereka capai dalam
masa pemerintahan Daud. Doa-doa mereka dipengaruhi oleh persepsi
selektif atas Kristologi yang sudah dicemarkan oleh keinginan dunia
dan tidak lagi berfokus kepada Kristus dan salib-Nya.

Petrus adalah murid dari Yohanes Pembaptis sebelum ia mengenal Yesus.
Ia tidak tertarik oleh kedatangan Mesias seperti yang diajarkan oleh
ahli-ahli Taurat dengan persepsi selektifnya yang subjektif. Tetapi ia
tertarik dengan pengajaran Kristologi yang benar, yang lengkap,
menyeluruh, dan harmonis.

Pada waktu Adam makan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat,
maka Allah membunuh binatang-binatang dan mengajarkan kepada Adam
bahwa tanpa ada pengaliran darah, tidak ada pengampunan bagi manusia.
Yohanes Pembaptis melihat dengan jelas bahwa Yesus Kristus adalah
Domba Allah yang dijanjikan itu, yang menjadi korban pengganti
manusia. Yohanes menyerukan, "Lihatlah anak Domba Allah yang menghapus
dosa dunia!" Jadi semua khotbah yang muluk-muluk dan yang sudah
diseleksi oleh para ahli tidak masuk ke telinga Petrus; khotbah yang
berfokus kepada Kristus yang akan mati mengganti dosa umat manusia
langsung masuk ke dalam hati dan pikiran Petrus. Itulah sebabnya pada
waktu Yesus Kristus menanyakan tentang siapakah diri-Nya, Petrus
langsung menjawab dengan tepat, "Engkaulah Kristus, Anak Allah yang
hidup!" Pengakuan iman yang akurat dan dinamis yang pertama di dalam
sejarah telah diucapkannya.

Hari itu Yesus langsung menjawab Petrus dengan satu kalimat,
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, karena apa yang kamu katakan
itu bukan berasal dari manusia tetapi dari Bapa-Ku yang ada di surga."
Yesus tidak pernah meremehkan doktrin-doktrin yang benar yang membuat
Anda menyatakan pengakuan iman yang sungguh-sungguh berasal dari
pengenalan yang benar yang merupakan sari dan kristalisasi tentang
Dia. Bukan saja tidak meremehkan bahkan Kristus mengonfirmasikan bahwa
hal itu bukan berasal dari manusia, tetapi dari Allah. Pada saat itu
juga Kristus memberikan wahyu selanjutnya yang kedua yaitu mulai
berdirinya gereja.

C. BERTANYA TENTANG APA?

Sekarang marilah kita memperhatikan beberapa hal berikut ini.

Gereja yang tidak mempunyai pengakuan iman tidak seharusnya berdiri
sebagai gereja. Tidak seharusnya gereja berdiri hanya karena membawa
orang beramai-ramai ikut kebaktian, tetapi tidak tahu apa yang akan
didirikan. Kristus tak pernah mengatakan sebelumnya tentang ekklesia
sampai Petrus mengeluarkan pengakuan iman yang benar itu. Gereja harus
mempunyai pengakuan iman yang berfokus kepada Kristus. Jikalau gereja
tidak mengaku Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, namun hanya
berfokus kepada-Nya sebagai sumber kepercayaan, maka gereja itu pada
suatu hari harus menutup pintunya sendiri. Bukankah pada saat ini
begitu banyak orang mengakui Yesus? Tetapi sebagai apakah Yesus itu
diakui? Sebagai pembagi rotikah? Sebagai pemberi berkatkah? Sumber
anugerahkah? Tabibkah? Atau satu-satunya Juruselamat yang diutus Allah
ke dalam dunia?

Pada waktu Petrus mengatakan, "Engkaulah Mesias, Anak Allah yang
hidup!" kita dapat memahami hal itu dalam pengertian sejarah dan
suprasejarah yang difokuskan menjadi satu. Sepanjang sejarah, Kristus
adalah yang dinanti-nantikan oleh umat manusia sepanjang zaman.
Berarti pada titik kedatangan Kristus, apa yang diharapkan manusia
dari zaman ke zaman sudah konkrit. Titik kedatangan Kristus juga
berkait dengan kekekalan. Kristus yang datang ke dalam sejarah adalah
Kristus yang berada dalam kekekalan yang melampaui sejarah.
Pengharapan ini adalah suatu pengharapan sejati seluruh umat manusia,
bukan hanya pengharapan dari bangsa Israel saja. Kekekalan dan
kesementaraan hanya mempunyai satu titik kontak yaitu inkarnasi.
Kita semua berada di dalam dunia yang bersifat sementara sedangkan
Allah berada di surga yang bersifat kekal. Agama-agama lain begitu
takut dan gentar kepada Allah karena mereka mengetahui bahwa yang
sementara tidak mungkin mencapai yang kekal, tetapi yang kekal itu
mungkin memberikan kemurahan kepada manusia. Namun, kemurahan itu
belum dipastikan sehingga mereka hanya dapat berkata, "Mudah-mudahan
dapat tempat yang baik di sisi Tuhan." Hal ini terjadi karena titik
kontak itu tidak ada. Mengakui adanya Allah tidak berarti bahwa
manusia pasti menikmati keberadaan-Nya. Tidak mengakui adanya Allah,
tidak berarti bahwa manusia bisa meniadakan keberadaan-Nya. Mengakui
adanya Allah dengan menikmati keberadaan Allah itu sama sekali
berbeda.Perbedaannya terletak pada adanya titik kontak antara yang
sementara dan yang kekal itu. Dan Kristus berada di titik kontak itu.

Manusia dicipta di tengah-tengah dua wilayah yaitu wilayah yang
kelihatan dan wilayah yang tidak kelihatan. Dalam wilayah yang
kelihatan, manusia harus menerima segala sesuatu yang meneruskan
keberadaannya di dalam alam materi, alam yang lebih rendah dari
manusia itu sendiri. Tuhan Yesus berkata, "Manusia hidup bukan hanya
bersandarkan roti saja, melainkan kepada setiap perkataan yang keluar
dari mulut Allah." Wilayah kedua, adalah wilayah yang tidak bisa
dilihat oleh manusia. Jadi, Allah mencipta dan menempatkan manusia
untuk hidup sekaligus dalam dua dunia yang bersifat berbeda secara
kualitas. Kaum komunis yang hanya mengakui keberadaan dunia materi
akhirnya akan hancur sendiri. Demikian pula orang-orang yang hanya
mengakui dunia spiritual seperti penganut-penganut ajaran mistik, akan
hidup menjadi schizoprenis sehingga terlepas dari kebutuhan dan
kesaksian sebagai wakil Tuhan di dalam dunia materi. Di dalam dunia
materi yang tercampur dengan dunia spiritual ini, mau tidak mau kita
harus mengakui terputusnya hubungan antara manusia dengan dunia yang
tidak kelihatan sebagai akibat dosa. Hal ini tercantum dalam kitab
Yes. 59:1,2. Dosa merupakan pemisah antara kita dan Pencipta dan
Sumber hidup kita.

Orang bisa menjadi kaya tanpa merasa sejahtera. Orang bisa mempunyai
banyak uang tanpa mempunyai pengharapan. Orang boleh mempunyai
kenikmatan dunia sebanyak mungkin, tapi tidak akan mempunyai kepuasan
hidup sebab manusia sudah terpisah dari Allah. Manusia berusaha
mencari titik kontak antara kesementaraan dan kekekalan, dan mereka
mencarinya di dalam dirinya sendiri, di dalam agama, di dalam
nabi-nabi dan pengajar-pengajar yang akhirnya juga mati dengan
sendirinya. Ketidakmungkinan merajalela sehingga manusia mati dalam
kekecewaan dan keputusasaan tanpa memiliki pengharapan apa pun. Mereka
mati dan tidak tahu mau ke mana. Karena Tuhan mengasihi manusia, Ia
menurunkan satu titik kontak; titik kontak ini bersumber dari atas ke
bawah dan mengakibatkan inkarnasi. Inkarnasi berarti Tuhan menjadi
daging; Tuhan yang tidak kelihatan sekarang bisa dilihat; Allah
menyatakan diri dalam tubuh dan hidup sebagai manusia. Inilah fokus
dari Kristologi.

Melalui iman Petrus sudah mencapai pengertian yang jelas tentang
pertemuan dua dunia, antara yang kekal dan yang sementara. Inilah
kristalisasi iman Kristen yang benar. Kalau kita mempunyai pengenalan
Kristologi seperti ini, kita tidak akan terjerumus seperti orang yang
tidak mengenal Kristus. Kalau orang lain mengenal Kristus hanya
sebagai pengubah moral, sosiolog yang besar, revolusionis dalam
politik, pemimpin agama yang paling jenius, maka semua itu menjadi
nihil pada akhirnya. Petrus berkata, "You are The Christ, The Son of
The Living God." Istilah "are" berarti istilah yang menunjukkan
kejadian yang terjadi sekarang, secara nyata dan jelas. Dengan
kedatangan Kristus, kita tidak perlu lagi kembali kepada satu
pengharapan yang hari depannya tidak diketahui dengan pasti, yang
secara abstrak ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang tidak mengenal
Yesus Kristus. Kata "The Son of The Living God", menunjukkan bahwa
Yesus berasal dari dunia yang tidak kelihatan, dunia kekekalan dan
sekarang Ia ada dan berwujud dalam dunia yang kelihatan, dunia
sejarah. Inilah berkat terbesar di mana manusia boleh bertemu dengan
Tuhan yang begitu prihatin kepada umat manusia.

Sebenarnya, sebelum Petrus mengatakan hal itu, ada perkataan yang
mirip yang keluar dari mulut seorang bernama Simeon kepada Yesus
Kristus, kira-kira tiga puluh tahun sebelumnya. Simeon yang saat itu
menggendong Yesus Kristus yang masih bayi, berkata, "Ya Allah,
lepaskanlah kini hamba-Mu ke dalam damai karena hari ini dengan mataku
sendiri, aku sudah melihat keselamatan yang dari pada-Mu." Kalimat itu
merupakan kalimat yang agung karena sudah diurapi oleh Roh Kudus dan
keluar dari bibir seseorang dengan begitu tepat, "Aku sudah melihat
keselamatan yang dari pada-Mu."

Keberadaan Kristus dalam sejarah merupakan suatu realisasi dari
keselamatan yang dikaruniakan kepada manusia. Maka Tuhan Yesus
berkata, "Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku
dan alam maut tidak akan menguasainya." Apakah artinya istilah batu
karang? Orang-orang Katolik mengatakan bahwa istilah itu dikenakan
kepada Petrus. Pengertian semacam ini tidak benar karena jika
demikian, maka seluruh pemberitaan Kitab Suci harus mengubah arahnya
karena seluruh Kitab Suci tidak pernah menyebut bahwa gereja didirikan
di atas Petrus. Satu ayat pun tidak ada yang menunjang kalimat dari
pengakuan iman Katolik tentang hal ini.

Kitab Suci mengatakan bahwa gereja didirikan di atas nabi dan rasul,
dan bentuk kata yang digunakan adalah bentuk yang jamak, bukan
tunggal, nabi-nabi dan rasul-rasul, bukan hanya di atas Petrus.
Istilah nabi-nabi dan rasul-rasul merupakan istilah yang menerangkan
bahwa nabi-nabi mewakili Perjanjian Lama dan rasul-rasul mewakili
Perjanjian Baru. Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama dan dalam
Perjanjian Baru itulah yang menjadi fondasi berdirinya gereja. Tapi
inipun belum mencapai finalnya karena Alkitab mengatakan bahwa gereja
didirikan di atas Batu Karang yang tidak pernah berubah. Siapakah Dia?
Dialah Yesus Kristus. Gereja didirikan di atas para nabi dan para
rasul. Ini berarti bahwa gereja yang benar, berdiri di atas
kepercayaan pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; dan isi
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru difokuskan kepada Kristus. Tuhan
tidak mengatakan bahwa Petruslah satu-satunya yang menjadi fondasi
didirikannya gereja; tak pernah demikian. Kita menolak penafsiran
demikian, tapi kita menerima kesaksian Kitab Suci yang mengatakan
bahwa Petrus adalah nama baru yang diberikan Tuhan Yesus kepadanya.
Yesus adalah Kristus di dalam sejarah dan Anak Allah dalam supra-
sejarah. Iman menjelajah kedua wilayah, terlepas dari dunia yang
kelihatan. Kita juga menikmati sekaligus dunia yang tidak kelihatan
karena kita berada di dalam Kristus.

Catatan kaki:

1. Yeremia adalah seorang nabi yang penuh dengan perasaan cinta kasih kepada orang-orang yang perlu dikasihani dan ia juga penuh dengan kesedihan dan prihatin. Jadi mereka berpendapat bahwa Yesus adalah orang penuh dengan prihatin dan penuh dengan belas kasihan. Di dalam Kitab Suci dicatat ada sepuluh kali Yesus "jatuh hati oleh belas kasihan" (compassion); Dia sehati dengan mereka yang menangis, dengan mereka yang membutuhkan, dengan mereka yang sedih.

2. Saya sangat tertarik dengan pertanyaan ini karena ada begitu banyak pemuda-pemudi yang belajar Kristologi, belajar tentang Tuhan, tetapi tidak belajar dari Tuhan sendiri melainkan belajar dari orang-orang lain tentang Tuhan. Cara mereka menerangkan Tuhan adalah dengan mengutip pandangan Kristus menurut Karl Barth, Emille Brunner, Rudolf Bultmann, Jurgen Moltmann, Wolfhart Panennberg, dsb. Tetapi jika ditanya tentang Kristus berdasarkan pengertian pribadi mereka, ternyata mereka melarikan diri dari tanggung jawab kepercayaan mereka.

3. Tukang parkir tidak memperhatikan suara apa pun yang masuk ke telinganya selain dari bunyi mobil yang baru distarter. Setiap suara yang masuk ke telinga disaringnya. Tapi hanya suara mobil yang baru distarter yang membuatnya bereaksi untuk menagih uang parkir. Konsep penyaringan seperti itulah yang kita sebut sebagai persepsi selektif.

Bahan di atas diambil dan diedit dari sumber:

Judul Buku

:

Siapakah Kristus? Sifat dan Karya Kristus

Judul Artikel

:

-

Penulis

:

Pdt. Dr. Stephen Tong

Penerjemah

:

-

Penerbit

:

Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 2002

Halaman

:

11 - 21

Tidak ada komentar:

timer

http://kybtec.de/wbx01/dnl/wcwc01/DLBaseDir/DL00000000372408/wc_wc_v3_3_1_1_a001.exe